Sunday, December 16, 2018

Melodrama Rasa

When we are in early stage of our life, we as a children express our emotion instantly.
kita menangis disaat tidak nyaman
marah disaat merasa tidak dihiraukan
bahagia saat dicintai

kita sudah belajar mencintai, tanpa ada aturan atau panduan dalam mencintai ayah, ibu dan saudara kita
meskipun seiring waktu berjalan, kita belajar aturan tentang itu
jangan membentak, jangan memukul, jangan tidak mematuhi, sampai akhirnya sebegitu rupa menekan emosi kita, untuk tidak menangis, tidak marah dan tidak mencintai yang tidak baik.

Norma dan Value memang penting untuk kehidupan. 
Kita adalah makhluk sosial yang harus saling beradaptasi dan berdampingan satu sama lain, yang harus saling menjaga keseimbangan.

but the other hand, is Love.
what is Love?
apa standar seseorang dikatakan mencintai dan dicintai?
terlepas benar atau tidak, bukan hal-hal yang sudah kamu lakukan hal  riil untuk Cinta
namun adalah Merasakan, yang aku ingin pertanyakan
apakah ada aturan tentang apa yang seharusnya kita rasakan, to love someone?

Apa jika kamu cukup mengenalnya dan akhirnya jatuh cinta karena sudah terbiasa?

Apakah, awal mengenal dan kamu terpana dengan api dimatanya?

Apakah dia menarik dan menjadi pusat perhatian kamu, karena kamu sudah menyusun daftar syarat apa yang seharusnya pantas menjadi pasangan kamu?

Atau, karena kamu cukup didampingi oleh seseorang yang mau melewati neraka untukmu, maka kamu akan memberikan dunia untuknya?

Atau semata-mata orang asing, yang berbicara tentang senja, lalu meledak begitu saja kamu akhirnya mencintai jiwanya?

apa standarnya?
apa kamu sudah mencintai?
apakah kamu meyakini perasaan kamu?

Disaat kita sudah meyakini, apa yang sudah kita rasakan, terasa nyata dan ada
tapi standar sosial, norma dan nilai akhirnya tidak sejalan dengan apa yang kita rasakan lalu apa?

we supressed ourselves, our heart, our feelings
hanya semata-mata tidak ingin dianggap gila atau tidak baik

kita lari dan mundur, menyembunyikan kesedihan dan meremehkan apa yang kita rasakan

padahal bukankah hak hakiki kita sebagai manusia adalah merasakan? 
Cinta

Amarah

Sakit

meskipun iya, semua yang terasa akan memudar.
sakit bahkan cinta itu sendiri.
cuma dalam perihal merasakan, waktu yang dibutuhkan untuk merasakan atau memudar apa ada hal yang sudah dijadikan standar untuk hal-hal seperti ini?

tapi saat ini, lebih menyedihkan adalah kita tidak bisa jujur dengan apa yang sudah kita rasakan hanya karena itu semata-mata tidak wajar atau tidak pantas

ketika kebaikan dibilang pencitraan
ketika sedih dibilang lebay
ketika jujur dibilang baper
ketika cinta cuma dibilang drama
ketika patah hati dibilang lemah

kemudian kita menekan dan menyembunyikan semua rasa itu sampai ingin gila, dan suatu hari mati rasa dan hilang arah.

who are you that can tell us not to feel love or pain?
apakah sangat membebani hidupmu jika kita bersedih dan terluka?
apakah para barisan sakit hati ini terlalu sinis untuk hidupmu yang sempurna, sehingga kalian mencap kita sebagai pesakitan?
hentikan untuk bilang kita tidak boleh mencintai Rasa kita,
berhentilah mengatur apa yang kita rasakan dan berikan kami waktu dan empatimu, 
atau setidaknya diam saja, dan berlalu saja dengan standarisasimu.

we are not you
and you are not me


Desember, penghujung akhir tahun 2018.


Thursday, September 27, 2018

LOYALTY

hello, hai long time no see.

Seems like blogku ini cuma bakalan isinya nyampah aja. well just sharing my thoughts anyway. aku lagi gemes banget soalnya.
today i want to discuss about 
LOYALTY
yeah bitches, im talking about it. 


Lately, i dont know why, kayaknya lagi musim banget pelakor, selingkuh, tidak setia, dan all kinda shit like that.
ga laki ga perempuan ya sis.
dan aku risih pake banget. sedih pake banget. dan miris,
why tho?

kenapa, kesetiaan sekarang ini menjadi hal yang langka?
apakah sangat sulit karena sekarang semua akses dipermudah? dengan sosial media dan smartphone?
apakah karena lingkungan kamu, teman2 kamu biasa melakukan hal-hal yang melanggar komitmen dan bilang itu cuma iseng, sekali-kali gapapalah biar hidup ga flat.

flat taek asu ta rek.


Komitmen itu bukan bercandaan. kepercayaan
itu ga mudah.
if you grow up enough and start value things that worthed,
Kesetiaan itu sangatlah sakral. terutama dalam pernikahan

kalau udah tau, tuh laki udah nikah, stop
kalau udah tau laki tuh godain tapi udah punya bini, stop
kalau udah tau perempuan itu meski gatel, tapi udah punya suami, stop
kalau udah tau perempuan itu cantik dan km punya hati sama dia, tapi km udah punya cewek, stop

apalagi dengan dalih ah cuma bercanda kok, 

Well, bercanda kalian ga lucu.
bercanda kalian itu, menyakiti hati orang lain dan menodai sumpah.
dan dipastikan kalian salah secara norma sosial agama
Jangan anggap sepele, hanya karena kalian bosan atau lagi sakit hati lalu membenarkan dengan selingkuh

dan jika, aku kembalikan.. dibalik posisinya
apa kamu juga ga kesakitan?
atau pernah merasa sakit yang sama dan kalian balas?
coba diingat sakitnya, dan jangan kasih sakit yang sama untuk pasangan kamu

if you dont love them anymore, then stop
dont betray them.

orang tua jaman dulu nih, menikah puluhan tahun, dengan kebiasaan yang sama setiap harinya, setiap tahunnya
apakah menurutmu mereka ga bosen? ya bosen lah!
cuma bedanya mereka ga cukup goblok buat main-main mempertaruhkan apa yang sudah diperjuangkan bertahun-tahun.
they value their marriage as a sacred one.

apa menurutmu, if u did cheating, bahagia kamu bakal awet?
hell, no
siklus cuma akan berulang.
semua hubungan basically sama.
Honey moon phase, then Shitty phase
Sisanya perjuangan kamu mau bertahan apa engga.
belum juga beradaptasi dengan ego masing-masing, atau pas ketahuan aslinya, belum lagi ma keluarga, habit dan temen2nya.

people say, mempertahankan itu lebih sulit daripada mendapatkan
atau kalian para, cheaters, cuma suka mendapatkan daripada mempertahankan?
lalu seperti itu terus?
and you fuckin die in lonely and being hate by so many people


Mungkin saja,
diantara bercandaan kalian,
ada seorang istri yang bertahan dan berjuang mati-matian untuk menjadi yg terbaik buat suaminya
diantara ketidak setiaan kalian,
ada hidup-hidup yang hancur karena kalian bosan dan malas berjuang untuk berkomitmen

setelah badai pun, itu juga tidak akan mudah
ada kepercayaan yang dikhianati
ada kerusakan yang harus diperbaiki
ada cinta yang sudah tidak utuh.

jadi mengapa kalian menikmati menyakiti, jika kalian punya nurani?
what makes us human?
jika kalian saja tidak bisa menghargai kepercayaan dan kesetiaan terhadap pasangan.

are you even aware of the impact that you cause?
last but not least, i pin something that i like the most poem from Widiya husein, Elegi